Pages

Dani Darmawan. Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 21 November 2014

Pengertian antropologi sosiologi



Pengertian Antropologi
Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti "manusia", dan logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.

Definisi Antropologi Menurut Beberapa Ahli
1. Koentjaraningrat
   Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan
mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang  dihasilkan.
                  2. William A. Haviland
                Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi
                      yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh
                      pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.

                  3. David Hunter
                      Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang        
                      umat manusia.

            







Tokoh – Tokoh Sosiologi Antara Lain :
1. Karl Marx
    Karl Marx lebih dikenal sebagai tokoh sejarah ekonomi daripada seorang sosiolog. Sebagai seorang penulis sosiologi sumbangan Marx terletak pada teori kelas. Marx berpendapat bahwa sejarah masyarakat manusia merupakan sejarah perjuangan kelas.
Menurut Marx, perkembangan pembagian kelas dalam ekonomi kapitalisme menumbuhkan dua kelas yang berbeda, yaitu:
a. Kaum borjuis (kaum kapitalis) yaitu kelas yang terdiri dari orang-orang yang
    menguasai alat-alat produksi dan modal;
b. Kaum proletar adalah kelas yang terdiri atas orang-orang yang tidak mempunyai
    alat produksi dan modal, sehingga dieksploitasi oleh kaum kapitalis.
Menurut Marx, pada suatu saat kaum proletar menyadari akan kepentingan bersama, sehingga mereka bersatu dan memberontak terhadap kaum kapitalis. Mereka menang dan dapat mendirikan masyarakat tanpa kelas.

2. Charles Horton Cooley
Charles Horton Cooley mengembangkan konsepsi mengenai hubungan timbal balik dan hubungan yang tidak terpisahkan antara individu dengan masyarakat. Pada waktu manusia berada di bawah dominasi kelompok utama yaitu keluarga, kelompok sepermainan dan rukun tetangga, manusia akan saling kenal antara warga-warganya serta kerja sama pribadi yang erat. Kerja sama yang bersifat pribadi tadi adalah peleburan individu-individu dalam satu kelompok sehingga tujuan individu juga menjadi tujuan kelompoknya.

3. Auguste Marie Francois Xavier Comte (Auguste Comte)
Auguste Comte merupakan salah satu tokoh pemikir andal di bidang sosiologi. Bukunya Course de Philosophie Positive, menjadikan Comte disebut sebagai Bapak Sosiologi atau peletak dasar sosiologi.

Pemikiran Auguste Comte yang dijadikan dasar pemikiran sosiologi antara lain berikut ini :
a. Membedakan sosiologi ke dalam statistika sosial dan dinamika sosial.
b. Pengembangan tiga tahap pemikiran manusia (tahap teologis, metafisis, dan positif)
    yang menjadi ciri perkembangan pengetahuan manusia dan masyarakat.
c. Gejala sosial dapat dipelajari secara ilmiah melalui metodemetode pengamatan,
    percobaan, perbandingan dan sejarah.
d. Fakta kolektif historis dan masyarakat terikat pada hukum-hukum tertentu dan tidak
    pada kehendak manusia.

4. Emile Durkheim                 
Durkheim merupakan salah satu tokoh sosiologi yang dipengaruhi oleh tradisi pemikiran Prancis–Jerman. Durkheim termasuk salah satu peletak dasar-dasar sosiologi modern. Menurut Durkheim yang harus dipelajari sosiologi adalah fakta-fakta sosial mengenai cara bertindak, berpikir, dan merasakan apa yang ada di luar individu dan memiliki daya paksa atas dirinya.
Contoh fakta sosial menurut Durkheim antara lain hukum, moral, kepercayaan, adat istiadat, tata cara berpakaian dan kaidah ekonomi. Fakta-fakta sosial tersebut dapat mengendalikan dan memaksa individu karena individu yang melanggarnya akan diberi sanksi oleh masyarakat.

5. Max Weber                             
Max Weber mengatakan bahwa yang dipelajari oleh sosiologi adalah tindakan sosial. Tindakan manusia disebut tindakan sosial apabila mempunyai arti subjektif. Tindakan itu dihubungkan dengan tingkah laku orang lain dan diorientasikan kepada kesudahannya, yang termasuk dalam tindakan sosial bukanlah tindakan terhadap objek-objek bukan manusia, seperti tukang kayu atau tindakan batiniah seperti bersemedi.
Dalam analisis yang dilakukan Weber terhadap masyarakat, konflik menduduki tempat sentral. Konflik merupakan unsur dasar kehidupan manusia dan tidak dapat dilenyapkan dari kehidupan manusia. Manusia dapat mengubah sarana-sarana, objek, asas-asas atau pendukung-pendukungnya, tetapi tidak dapat membuang konflik itu sendiri. Konflik terletak pada dasar integrasi sosial maupun perubahan sosial. Hal ini terlihat nyata dalam politik (perjuangan demi mencapai kekuasaan) dan dalam persaingan ekonomi.
                             
Tokoh – Tokoh Antropologi Antara Lain :
1. Franz Boas (1858 – 1942)
Franz Boas dihormati sebagai pendiri antropologi modern dan bapak antropologi Amerika yang lahir pada tanggal 9 Juli 1858 di Jerman. Ia menerima gelar doktor dalam fisika dan post-doktoral di bidang geografi. Boas dikenal sebagai orang pertama yang menerapkan metode ilmiah dalam mempelajari masyarakat dan kebudayaan manusia. Dia mempelajari secara ekstensif budaya Indian Kwakiutl. Boas menyatakan bahwa koleksi data dari setiap aspek adalah unsur yang penting untuk memahami suatu budaya masyarakat. Hasil karyanya yang terkenal termasuk The Mind of Primitive Man (1911), Anthropology and Modern Life (1928), dan Race, Language, and Culture (1940).
2. Margaret Mead (1901 – 1978)
Margaret Mead adalah seorang pelopor antropologi budaya, lahir pada tanggal 16 Desember 1901 di Philadelphia. Mead banyak memberikan kontribusi dalam memahami konsep-konsep modern tentang budaya barat dan Amerika.Mead menerbitkan beberapa buku tentang isu-isu kontemporer dan masyarakat primitif. Dia juga seorang pendukung kuat hak-hak perempuan. Karyanya yang paling terkenal adalah Coming of Age in Samoa (1928), Growing Up in New Guinea (1930), Sex and Temperament in Three Primitive Societies (1935), dan Blackberry Winter: My Earlier Years (1972).
3. Ruth Benedict (1877 – 1948)
Ruth Benedict adalah seorang antropolog budaya terkenal dari Amerika. Antropolog ini lahir pada tanggal 5 Juni 1877 di New York City. Dia adalah seorang murid Franz Boas, orang yang mempengaruhi ideologinya dalam melakukan pekerjaannya. Karya Benedict paling terkenal adalah Patterns of Culture (1934) dimana dia menyatakan bahwa setiap kebudayaan berasal dari potensi manusia selama periode waktu tertentu. Dia dikenang sebagai salah satu pelopor penerapan antropologi dalam mempelajari aspek masyarakat maju. Karya penting lainnya termasuk Zuni Mithology (1935), Race: Science and Politics (1940), dan The Chrysanthemum and the Sword: Patterns of Japanese Culture (1946).


4. Ralph Linton (1893 – 1953)
Ralph Linton merupakan salah satu antropolog budaya terkenal. Linton lahir pada tanggal 27 Februari 1893 di Philadelphia. Dia memulai karirnya sebagai seorang arkeolog dan melakukan penelitian yang luas terhadap etnografi berbagai daerah, termasuk Madagaskar. The Tanala, a Hill Tribe of Madagascar diterbitkan Linton pada tahun 1933 setelah dia menerima gelar doktor. Dia menguraikan perbedaan antara status dan peran yang merupakan salah satu penunjuk utama dalam antropologi. Karya Linton yang paling terkenal termasuk The Study of Man (1936) dan The Tree of Culture (1955).
5. Claude Lévi-Strauss (1908-2009)
Lahir pada tanggal 28 November 1908 di Paris, Claude Lévi-Strauss belajar tentang hukum dan filsafat. Meskipun ia melanjutkan studi lebih lanjut dalam bidang filsafat, antropologi struktural menjadi minat utamanya. Karya besarnya meliputi Structural Anthropology (1958), Totemism (1962), The Raw and the Cooked (1969), dan The Savage Mind (1972). Levi-Strauss mengembangkan teori berlawanan biner, misalnya, baik vs buruk, mentah vs matang, dan lainnya. Claude Lévi-Strauss menyatakan bahwa budaya adalah sistem komunikasi dalam masyarakat. Dia menafsirkan budaya manusia atas dasar teori linguistik, informasi, dan cybernetics.

2.2  Konsep Dasar Sosiologi Dan Antropologi
A.    Konsep Dasar Sosiologi
Ada beberapa konsep yang diuraikan dalam sosiologi yaitu masyarakat, individu, hubungan dan fakta sosial. Untuk itu, akan dijelaskan konsep-konsep tersebut satu persatu menurut Peter L. Berger, yaitu:
            1. Masyarakat 
 Defenisi masyarakat adalah suatu keseluruhan kompleks hubungan
 manusia yang luas sifatnya. Oleh karena itu, Berger mendefenisikan juga
 masyarakat sebagai “yang menunjukkan pada suatu sistem interaksi, atau
 tindakan yang terjadi paling kurang antara dua orang yang saling mempengaruhi
 perilakunya”
  
            2. Individu
          Individu menunjuk pada subjek yang melakukan sesuatu, memiliki pikiran,
          kehendak, memiliki kebebasan, memberim arti pada sesuatu, mampu menilai
          tindakan dna hasil tindakannya. Intinya, individu merupakan subjek yang bertindak
          (actor).
     3. Hubungan Individu dan Masyarakat
         Pengertian hubungan disini berarti bahwa kedua kenyataan, yaitu subjektif dan
         objektif saling menentukan, yang satu tidakm ada tanpa yang lain.
     4.  Fakta Sosial
          Fakta sosial bias juga disebut fenomena sosial atau realitas sosial yang merupakan
         suatu kekuatan yang menekan individu dari luar, memaksanya untuk berbuat sesuai
         dengan fakta social.


B.     Konsep Dasar Antropologi
Seperti telah dikemukakan terdahulu, kehidupan manusia di masyarakat atau manusia dalam konteks sosialnya, meliputi berbagai aspek. Salah satu aspek yang bermakna dalam kehidupan manusia yang juga mencirikan kemajuannya adalah kebudayaan. Kebudayaan, akar katanya dari buddayah, bentuk jamak dari Buddhi yang berarti budi dan akal. Kata buddhayah atau buddhi itu berasal dari bahasa sansekerta. Dengan demikian, kebudayaan itu dapat diartikan sebagai hal-hal yang berhubungan dengan budi atau akal.
Mengenai  kebudayaan ini,dapat disimak dari beberapa konsep dari beberapa pakar antara lain C.A Ellwood mengungkapkan :
Kebudayaan adalah norma kolektif semua pola prilaku ditransparansikan secara sosial melalui simbol-simbol, dari sini tiap unsur semua kemampuan kelompok umat manusia yang karakteristik, yang tidak hanya meliputi bahasa, peralatan, industri, seni, ilmu, hukum, pemerintahan, moral, dan keyakinan-keyakinan saja, melainkan meliputi  juga peralatan material atau artefak yang merupakan penjelmaam kemampuan budaya yang menghasilkan pemikiran yang berefek praktis dalam bentuk bangunan, senjata, mesin, media komunikasi, perlengkapan seni, dsb. Tidak ada kelompok umat manusia yang  memiliki maupun yang tidak memiliki bahasa, tradisi, kebiasaan, dan kelembagaan. Kebudayaan itu bersifat universal yang merupakan ciri yang berkarakteristik masyarakat manusia.
Konsep yang dikemukakan oleh Ellwood diatas sangat jelas dan gamblang bahwa kebudayaan itu hanya menjadi milik otentik manusia.Dari konsep tadi, tercermin pula konsep-konsep dasar antropologi yang melekat pada kehidupan manusia. Namun demikian, konsep-konsep dasar itu akan diketengahkan kembali secara lebih lengkap. Konsep-konsep dasar itu meliputi :
1.      Kebudayaan                                                                                                                    
2.      Tradisi
3.      Pengetahuan
4.      Ilmu
5.      Teknologi
6.      Norma
7.      Lembaga
8.      Seni
9.      Bahasa
10.  Lambang

Tradisi adalah kebiasaan-kebiasaan yang terpolakan secara budaya dimasyarakat. Kebiasaan yang dikonsepkan sebagai tradisi ini karena telah berlangsung secara turun-temurun, sukar untuk terlepas dari masyarakat. Namun demikian, karena pengaruh komunikasi dan informasi yang terus-menerus melanda kehidupan masyarakat, tradisi tadi mengalami pergeseran. Paling tidak berubah bila dibandingkan dengan maksud semula dalam konteks budaya masa lampau. Tata upacara tertentu di masyarakat yang semula bernilai ritual kepercayaan, pada saat ini tata upacara itu masih dilakukan, namun nilainya tidak lagi sebagai suatu bentuk ritual, melainkan hanya dalam upaya untuk mempertahankan silaturrahmi, bahkan hanya sebagai hiburan.
Dalam lingkup antropologi dan kebudayaan, pengetahuan, ilmu dan teknologi merupakan konsep dasar yang terkait dengan budaya belajar.Tiga konsep dasartersebut saat ini biasa dijadikan satu sebagai IPTEK. Penyatuan tiga konsep tersebut sangat beralasan, karena ketiganya sangat srat satu sama lain. jika pengetahuan merupakan kumulasi dari pengalaman dan hal-hal yang kita ketahui, sedangkan ilmu merupakan pengetahuan yang telah tersistematisasikan (tersusun) yang berkarakter tertentu sesuai dengan objek tertentu sesuai dangan objek yang dipelajari, ruang lingkup telaahnya, dan metode yang dikembangkan serta diterapkannya. Pengetahuan yang menjadi bidang ilmu, sifatnya masih acak.Adapun penerapan ilmu dalam kehidupan untuk memanfaatkan sember daya bagi kepentingan manusia, itulah yang disebut teknologi. Dengan mengetahui kondisi tiap kelompok masyarakat termasuk tradisi, kebiasaan dan kemampuan IPTEKnya, kita semua akan mampu memahami dan menghargai keadaan masyarakat yang bagaimanapun dan dimanapun.
Konsep lain yang memegang peranan kunci dalam kehidupan masyarakat dan budaya adlah nilai serta norma. Nilai dan norma sangat erat kaitannya , namun demikian memiliki perbedaan yang mendasar. Dalam alam fikiran manusia sebagai anggota masyrakat melekat apa yang di katakana baik dan buruk, sopan dan tidak sopan, tepat dan tidak tepat, salah dan benar dan sebagainya. Hal itu semua merupakan nilai yang mengatur , membatasi, dan menjaga keserasian hidup bermasyarakat orang yang tidak sopan dengan orang tua, orang yang di tuakan dan orang yang lebih tua , di katakana bahwa orang yang bersangkutan tidak tahu nilai. Dalam tindakan, perilaku dan perbuatan, seseorang selalu sesuai dengan tradisi, kebiasaan dan aturan-aturan yang berlaku.Orang tersebut dikatakan mengetahui nilai dan berpegang pada nilai yang berlaku. Sedangkan norma, lebih mengarah pada ukuran dan aturan kehidupan yang berlaku di masyarakat.
Selanjutnya, Koentjaraningrat mencontohkan juga pranata yang berfungsi memenuhi keperluan kekerabatan yaitu perkawinan, tolong-menolong, sopan santun, pergaulan antar kerabat dan sebangsanya. Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan matapencaharian , yaitu pertanian, peternakan, industry, perdagangan dsb.
Bahasa sebagai suatu konsep dasar, memiliki pengertian konotatif yang luas.Bahsa sebagai suatu konsep, bukan hanya merupakan suatu rangkaian kalimat tertulis atupun lisan, melainkan pengertiannya itu lebih jauh dari pada hanya sekedar rangkaian kalimat.Bahasa sebagai suatu konsep, meliputi pengertian sebagai bahasa anak, remaja, bahasa orang dewasa, bahasa bisnis dsb. Namun demikian, makna dan nialai bahasa sebagai suatu konsep terletak pada kedudukannya sebagai alat mengungkapkan perasaan, fikiran dan komunikasi dengan pihak atau orang lain. Bahasa merupakn alat untuk saling mengerti bagi berbagai pihak sehingga mampu mengembangkan hidup dan kehidupan ketingkat atu taraf yang lebih sejahtera.Tidak justru menjadi alat untuk menyengsarakan masyarakat.
Konsep dasar antropologi juga membicarakan lambang sebagai konsep dasar.Sesungguhnya, bahasa itu juga merupakan lambang bagi kita manusia, di mana ungkapan bahasa mencirikan bangsa, Pada ungkapan itu tercermin bahwa bahasa menjadi lambang bagi suatu bangsa.Hal tersebut dapat di tafsirkan bahwa bangsa yang bahasa dan tutur katanya baik, mencerminkan bahwa bngsa tersebut juga termasuk bangsa yang baik.Lambang-lambang selanjutnya seperti, bendera bagi suatu bangsa, tanda pangkat dan tanda jabatan bagi suatu angkatan, monument bagi suatu kelompok masyarakat atau bangsa.Semua itu mempunyai makna masing-masing.Contoh mengenai tanda pangkat dan jabatan, nilainya itu tidak terletak pada tanda tersebut, melainkan melambangkan kepemimpinan, kewibawaan, kehormatan atau penghargaan.Demikianlah makna lambang dalam kehidupan berbudaya dan bermasyarakat.







2.3  Penerapan Konsep Dasar Sosiologi Antropologi Dalam IPS SD












































Daftar Pustaka